Perkuliahan bertajuk “Doing Research on Minority Ethnic Group Education Issues: The Case of the Orang Asli in Malaysia” dan “The Uniqueness of the Baduy Community and Current Issues” dilaksankaan pada tanggal 13 September 2024.
Seminar ini menghadirkan para ahli di bidang pendidikan, antropologi, dan studi sosial untuk membahas lebih dalam tentang kondisi pendidikan kelompok etnis Orang Asli di Malaysia dan masyarakat Baduy di Indonesia. Kedua kelompok ini memiliki karakteristik budaya yang unik, namun menghadapi tantangan yang serupa dalam mengakses pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan.
Visiting lecture ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya pendidikan yang beradaptasi dengan budaya dan kebutuhan lokal, serta menciptakan kebijakan yang inklusif bagi kelompok-kelompok minoritas. Orang Asli di Malaysia dan Orang Baduy di Indonesia seringkali menghadapi keterbatasan akses terhadap pendidikan formal, baik karena faktor geografis, sosial, maupun budaya.
“Orang Asli dan Baduy sama-sama berjuang untuk menjaga identitas budaya mereka sembari menghadapi tekanan modernisasi dan globalisasi,” ungkap Dr. Sidik Purwanto, seorang pakar pendidikan dari Universitas Terbuka. “Pendidikan yang inklusif dan sensitif terhadap budaya lokal adalah kunci untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.”
Dalam seminar ini, para peserta juga didorong untuk berbagi penelitian terbaru yang relevan dan mendiskusikan strategi-strategi terbaik dalam mempromosikan pendidikan bagi kelompok minoritas etnis. Kolaborasi lintas negara sangat penting, karena memungkinkan pertukaran pengetahuan dan pengalaman dalam menghadapi tantangan serupa di wilayah yang berbeda.
Mr. Mohamad Safwat, peneliti dari Universitas Teknologi MARA (UiTM), mempresentasikan Topik “Doing Research on Minority Ethnic Groups Education Issues: The Case of the Orang Asli in Malaysia”h Hsil penelitiannya yang komprehensif tentang pengalaman pendidikan Orang Asli di Malaysia, sementara [Dr. Sidik Purwanto dai Universitas Terbuka membahas studi kasus tentang masyarakat Baduy di Indonesia. Kedua peneliti ini menyampaikan bahwa salah satu kendala utama adalah ketidaksesuaian antara kurikulum formal dengan nilai-nilai dan budaya lokal, yang mengakibatkan rendahnya partisipasi dan pencapaian pendidikan di kalangan komunitas ini.
Seminar ini menghasilkan beberapa rekomendasi penting untuk pembuat kebijakan, lembaga pendidikan, dan organisasi non-pemerintah yang bekerja di bidang pendidikan dan hak-hak minoritas. Beberapa rekomendasi tersebut antara lain:
- Penyusunan kurikulum yang lebih inklusif dan sensitif terhadap budaya lokal.
- Peningkatan pelatihan untuk guru dan tenaga pendidik dalam memahami kebutuhan unik kelompok minoritas.
- Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat adat, dan organisasi internasional dalam merancang program pendidikan yang berkelanjutan dan adil.
Seminar ini diharapkan akan mendorong dialog lebih lanjut dan menciptakan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi kelompok etnis minoritas di seluruh Asia Tenggara.
Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan akademik yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Terbuka. bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pendidikan dan meningkatkan kesadaran tentang hak-hak pendidikan bagi kelompok minoritas etnis di kawasan Asia Tenggara.