Tangerang Selatan, 21 Mei 2025 — Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Terbuka sukses menyelenggarakan workshop bertajuk “Turning Academic Research Into Impact and Income” pada Rabu, 21 Mei 2025, pukul 08.30–11.30 WIB, bertempat di Auditorium Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Terbuka.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya strategis FKIP dalam mendorong civitas academica untuk memandang riset bukan hanya sebagai kegiatan ilmiah, tetapi juga sebagai instrumen perubahan sosial dan ekonomi. Workshop ini menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya, yakni Assoc. Prof. Dr. Eng. Muhammad Ashar, S.T., M.T. (Founder Digistar Research & Innovation), serta Raffles Chan (Founder & CEO Global Innovation and Technology Platform Asia (GITP)).
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Ucu Rahayu, M.Sc. (Dekan FKIP) menekankan pentingnya membangun jembatan antara dunia akademik dan kebutuhan masyarakat. Ia menyampaikan bahwa Universitas Terbuka harus menjadi motor penggerak inovasi yang aplikatif dan memberdayakan. Selaras dengan itu, Dr. Widiasih, M.Pd. (Ketua Program Studi Pendidikan Fisika) menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan arah kebijakan pendidikan tinggi yang menitikberatkan pada hilirisasi riset dan kolaborasi lintas sektor.
Sesi utama diisi oleh Assoc. Prof. Dr. Eng. Muhammad Ashar, yang memaparkan strategi mengubah hasil penelitian akademik menjadi produk inovatif bernilai ekonomi. Beliau menekankan pentingnya pola pikir kewirausahaan, kolaborasi lintas disiplin, serta kemampuan membaca kebutuhan nyata masyarakat. Dalam presentasinya, Dr. Ashar memperkenalkan tiga pertanyaan kunci untuk mengidentifikasi potensi komersial riset: “Apakah riset menyelesaikan masalah nyata? Apakah ada pasarnya? Dan siapa yang akan membayar?”. Ia juga menyoroti bahwa salah satu tantangan yang dihadapi dosen dalam penelitian adalah proses hilirisasi, khususnya pada tahap transisi dari Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) 6 ke TKT 9. Sebagai solusi, beliau menekankan pentingnya membangun kolaborasi dan jejaring strategis dengan berbagai pihak, termasuk industri, pemerintah, dan komunitas terkait. “Nilai sebuah riset tidak hanya diukur dari jumlah publikasi dan sitasi, tetapi dari seberapa besar ia memberi solusi dan dampak nyata,” tegasnya.
Sesi berikutnya diisi oleh Raffles Chan, yang berbagi pengalaman dalam menjembatani dunia akademik dengan dunia industri. Ia mengajak para peserta untuk melihat diri mereka bukan hanya sebagai peneliti, tetapi juga sebagai inovator. Raffles menekankan pentingnya soft skills seperti komunikasi bisnis, kemampuan pitching, serta membangun jejaring strategis untuk membawa riset ke ranah komersial. Melalui pengalaman GITP Asia dalam mendukung inkubasi inovasi lintas sektor, ia mendorong para akademisi untuk tidak berhenti pada publikasi, melainkan berani melangkah menjadikan riset sebagai solusi nyata bagi masyarakat. Di akhir sesi, Tim GITP juga mengundang peserta workshop untuk berpartisipasi dalam ajang “Hangzhou Innovation & Entrepreneurship Competition 2025”, sebagai peluang konkret untuk mempresentasikan inovasi mereka di panggung global dan menjajaki kolaborasi strategis dengan berbagai mitra internasional.
Workshop berlangsung secara interaktif dan mendapat respons positif dari para peserta, yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan praktisi pendidikan. Sesi tanya jawab berjalan dinamis, menunjukkan antusiasme tinggi terhadap isu hilirisasi riset dan kewirausahaan akademik.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, Universitas Terbuka menegaskan komitmennya untuk menjadi pelopor transformasi pendidikan tinggi yang berdampak langsung pada pembangunan nasional. Diharapkan workshop ini menjadi awal dari lahirnya inovasi-inovasi riset yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga bernilai sosial dan ekonomi.