SEMINAR AKADEMIK FKIP UT Seri 6 “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Digital Guru”

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka (FKIP UT) kembali menyelenggarakan Seminar Akademik Seri ke-6 bertema “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Digital Guru” pada Rabu, 7 Mei 2025. Seminar ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube FKIP UT, dengan melibatkan 100 peserta yang terdiri dari dosen internal UT, mahasiswa FKIP, serta peserta eksternal dari berbagai institusi pendidikan di Indonesia. Kegiatan ini menjadi ruang ilmiah untuk mendorong sinergi antarpendidik dalam memperkuat transformasi pendidikan berbasis teknologi.

Dalam sambutannya, Dekan FKIP UT, Prof. Dr. Ucu Rahayu, M.Sc., menekankan bahwa tema seminar ini sangat relevan dengan tren pendidikan masa kini dan komitmen global terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 4, yaitu menjamin pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan merata. Beliau menambahkan bahwa seminar ini bukan hanya ajang berbagi pengetahuan, tetapi juga merupakan wahana kolaborasi antarpendidik, peneliti, dan pemangku kepentingan pendidikan untuk mendorong transformasi digital di sekolah.

Sebagai narasumber utama, Dr. Della Raymena Jovanka, S.Pd., M.Si., menyampaikan hasil penelitiannya yang mengkaji berbagai faktor penentu kompetensi digital guru PAUD menggunakan pendekatan mixed-method explanatory sequential design. Penelitian ini menggabungkan analisis kuantitatif menggunakan SEM-PLS dan analisis kualitatif dengan model Miles & Huberman. Lima faktor utama yang dianalisis mencakup demografi, geografis, kepemilikan perangkat teknologi, kondisi sosial ekonomi, dan self-regulated learning (SRL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa SRL merupakan faktor yang paling signifikan dalam memengaruhi kompetensi digital guru, baik secara langsung maupun sebagai mediator pengaruh faktor lainnya.

Guru dengan tingkat SRL tinggi ditandai dengan perilaku belajar yang mandiri, kemampuan metakognitif, serta dorongan motivasional untuk mencoba dan menguasai teknologi baru. Kutipan informan seperti “Saya ingin belajar sesuatu yang baru dan teknologi informasi adalah salah satunya” mencerminkan semangat pembelajaran sepanjang hayat yang sangat diperlukan di era digital ini. Rekomendasi dari penelitian ini menekankan pentingnya pelatihan guru yang tidak hanya berbasis perangkat, tetapi juga berbasis penguatan kapasitas internal guru melalui strategi peningkatan SRL.

Sesi diskusi berlangsung interaktif dengan partisipasi aktif peserta. Elpipers menanyakan bagaimana narasumber memandang pengaruh Artificial Intelligence (AI) terhadap kompetensi digital guru di era Industri 4.0 serta faktor-faktor penghambat peningkatannya. Narasumber menjawab bahwa AI dapat menjadi alat bantu strategis yang mempercepat inovasi pembelajaran, tetapi tetap menuntut kesiapan literasi digital dan kapasitas adaptif dari guru. Sementara itu, Agus Santoso memberikan catatan kritis bahwa nilai R-square sebesar 60% dalam hasil penelitian menunjukkan masih ada 40% faktor lain yang potensial untuk dieksplorasi dalam penelitian lanjutan, sehingga membuka ruang pengembangan kajian berikutnya. Diskusi yang dimoderatori oleh Dyah Aniza Kismiati, M.Pd. secara keseluruhan memberikan kontribusi penting dalam membangun pemahaman kolektif tentang faktor-faktor strategis yang dapat memperkuat kompetensi digital guru sebagai kunci keberhasilan transformasi pendidikan masa depan.