Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tebuka telah melaksanakan kegiatan seminar nasional dengan baik dan lancar pada tanggal 25 Mei 2024, dari jam 08.00 s.d 16.00, secara daring melalui link zoom https://sl.ut.ac.id/semnasppkn24 dan disiarkan secara langsung melalui Channel UT TV https://sl.ut.ac.id/UTTV_semnasppkn24 , dan disaksikan hampir 800 orang.
Seminar Nasional Prodi PPKn tahun ini mengusung tema besar yaitu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Berkualitas untuk Membangun Generasi Emas, dan 5 subtema yaitu Inovasi dalam Pembelajaran dan Penelitian PPKn di Era Digital; Penguatan Kurikulum PPKn untuk Pembentukan Karakter Unggul; Pemberdayaan Guru sebagai Agen Perubahan Pendidikan Karakter; Pendidikan Inklusif: Hak dan Akses untuk Warga Negara; dan Integrasi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran PPKn.
Bangunan tema besar tersebut merupakan gambaran strategi dan arah generasi bangsa dalam menghadapi tantangan global dengan menciptakan manusia yang unggul dan memiliki karakter kebangsaan yang kuat. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak hanya bergantung pada peran pemerintah dan lembaga pendidikan, tetapi juga melibatkan kontribusi dari berbagai pihak, termasuk akademisi, praktisi, dan Masyarakat.
Sebagaimana seminar nasional Prodi PPKn sebelumnya, pada tahun ini seminar nasional dibuka oleh Dekan FKIP Universitas Terbuka, Prof. Dr. Ucu Rahayu, M.Sc., yang menekankan bahwa tema seminar nasional prodi PPKn merupakan salah satu langkah strategis dalam merespon kebutuhan akan pembaruan pendidikan yang holistik dan berorientasi pada pembentukan karakter bangsa. Selain itu, tema ini selaras dengan semangat Hari Pendidikan Nasional yang memperingati kelahiran Ki Hajar Dewantara, sekaligus menekankan pentingnya pendidikan yang berkualitas sebagai pondasi utama kemajuan bangsa.
Sejalan dengan Dekan FKIP, Kaprodi PPKn Dr. Ary Purwantiningsih, S.Pd., M.H.,berpandangan bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan landasan utama dalam membentuk karakter dan identitas bangsa. Melalui pendidikan ini, kita tidak hanya mengajarkan tentang nilai-nilai Pancasila, tetapi juga bagaimana menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga negara yang baik, karena karakter bangsa adalah role model generasi emas.
Prof. Dr. Sunarso, M.Si. pembicara ahli PPKn dari Universitas Negeri Yogyakarta, menyerukan bahwa dinamika PKn di Indonesia telah mengalami perubahan sesuai dengan dinamika politik dari masa Orde Lama, Orde Baru, hingga Era Reformasi. Di masa Orde Lama, PKn fokus pada patriotisme dan revolusi untuk membentuk warga negara sosialis, sementara pada masa Orde Baru, menekankan pembentukan manusia pembangunan yang Pancasilais melalui indoktrinasi. Pada Era Reformasi, PKn berorientasi pada demokrasi, hukum, dan moral untuk membentuk warga negara yang kritis dan aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Paradigma baru PKn harus ilmiah dengan akar keilmuan yang jelas berbasis ilmu politik, hukum, dan filsafat moral/Pancasila, dan bebas dari hegemoni serta indoktrinasi. Visi PKn adalah nation and character building untuk pemberdayaan warga negara, mengadopsi nilai-nilai universal demokrasi, dan tetap berbasis pada filosofi Pancasila serta identitas nasional Indonesia.
Sedangkan Prof. Sardjiyo, M,Si., dari Universitas Terbuka, sebagai pembicara kedua menyoroti peran Universitas Terbuka (UT) dalam membangun generasi emas yang berkualitas melalui Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (SPTJJ). SPTJJ mengintegrasikan pendidikan terbuka dengan teknologi untuk memfasilitasi interaksi antara dosen dan mahasiswa, menggunakan berbagai media seperti modul cetak, audio/video, televisi, radio, internet, dan komputer. Tujuan utama SPTJJ adalah menyediakan akses pendidikan yang fleksibel tanpa batasan usia, domisili, atau latar belakang pendidikan, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk belajar mandiri, baik secara individu maupun berkelompok dengan bantuan ahli sesuai mata kuliah yang diregistrasi.
Pentingnya desain pendidikan karakter dalam mencapai Generasi Emas 2045 juga ditekankan, dengan fokus pada nilai-nilai utama seperti gotong royong, religius, nasionalisme, mandiri, dan integritas. UT berkomitmen untuk menyediakan sistem pembelajaran yang fleksibel, bahan ajar baku, layanan bantuan belajar, dan evaluasi hasil belajar terstandar. Dalam jangka panjang, UT mengembangkan rencana strategis untuk meningkatkan kualitas, integritas, inovasi, aksesibilitas, relevansi, dan akuntabilitas dalam seluruh programnya. Visi dan misi UT diharapkan menjadi panduan dalam mengambil kebijakan dan keputusan, dengan nilai-nilai operasional yang membimbing seluruh pegawai UT menuju masa depan yang lebih baik.
Pembicara ketiga, Dr. Eli Karliani, M.Pd., dari Universitas Palangkaraya membahas pentingnya integrasi kearifan lokal dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Mengacu pada gagasan Ki Hadjar Dewantara, pendidikan harus selaras dengan nilai dan budaya bangsa agar generasi muda memiliki ikatan batin dengan Indonesia. Sistem pendidikan perlu mengadopsi asas pancadharma Taman Siswa yang mencakup kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Pendidikan harus melibatkan anak-anak dalam pengalaman hidup nyata di masyarakat untuk memperkuat pemahaman dan kecintaan mereka terhadap nilai-nilai kebangsaan dan kearifan lokal.
Kearifan lokal meliputi gagasan dan nilai-nilai lokal yang bijaksana dan bernilai baik yang diikuti oleh masyarakat setempat. Misalnya, “huma betang” mencerminkan nilai kebersamaan dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah. Pengintegrasian nilai-nilai ini dalam kurikulum PPKn bertujuan untuk membentuk warga negara yang cerdas secara intelektual, emosional, spiritual, dan moral. Tantangan di era digital seperti hoaks dan hate speech perlu dihadapi dengan memperkuat etika, nilai-nilai budaya, dan pendidikan karakter. Pembelajaran yang mengintegrasikan kearifan lokal diharapkan dapat membentuk generasi muda yang memiliki civic knowledge, civic confidence, dan civic commitment, sehingga mereka menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
Kesimpulan dari ketiga pembicara mengenai Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di Indonesia menunjukkan bahwa dinamika PPKn yang telah mengalami perubahan yang signifikan perlu Tindakan yang serius baik dari stakeholder, institusi Pendidikan tinggi, serta pengguna. Titik puncak perubahan PPKn tersirat dalam arus globalisasi yang bergerak sangat cepat, bahkan lebih cepat dari proses Pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, PPKN membutuhkan paradigma baru, membutuhkan roadmap yang baru yang dapat membangun, mengembangkan dan menyesuaikan fakta-fakta globalisasi di era sekarang, agar roh tujuan Pendidikan PPKn dapat tercapai.
Kontak Media
Universitas Terbuka
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
www.ut.ac.id
https://fkip.ut.ac.id/index.php/fkip-online/